Taman Ghairah
Taman Ghairah yang kini lebih dikenal dengan nama Taman Sari Gunongan dan Taman Putroe Phang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya yang berasal dari Pahang, bernama Putri Kamilah atau bergelar Putroe Phang.
Taman Ghairah terletak di sebelah utara istana, taman ini mempunyai pintu (gapura) yang dibuat dari batu, yang sekarang dinamai Pinto Khop, di seberangnya terletak sawah yang dinamai Radja Umong.
Sementara itu di sebelah timur terdapat masjid yang dinamai Masjid Baiturrahim, sedangkan dahulunya Gunongan ini terletak di tengah-tengah sebuah taman yang indah. Gunongan menjadi salah satu peninggalan Kesultanan Aceh yang tidak dirusak oleh Belanda.
Baca Juga:
- Tradisi Mudik yang Lebih dari Mudik, Cuci Parigi Sebagai Penyucian Jiwa Masyarakat Maluku
- Awal Mula Suku Tengger dan Tradisi Unan-Unan
- Binarundak, Tradisi Makan Bersama Pakai Bambu untuk Reuni Lebaran di Sulawesi Utara
Dalam kitab Bustanussalatin disebut luas taman kira-kira 1000 depa, di dalamnya terdapat bunga-bunga dan buah-buahan beraneka rupa serta mengalir sebuah kolam ikan, taman terbentang di sebelah selatan bangunan-bangunan istana.
Sungai merupakan poros taman yang menjadi jalan masuk dari ujung tembok paling selatan. Di antara dua hutan kecil, palungnya beralaskan batu, tepi-tepinya berubin warna-warni. Sedangkan undak-undaknya dari batu hitam yang diberi pinggiran kuningan
Di dalam taman ini juga ada kolam, tempat pemeliharaan segala macam ikan, ada dinding karang yang diiringi oleh semacam pohon liangliu (pohon laba-laba). Ada sebuah kolam lagi yang penuh dengan bunga Seroja dan di tengah-tengahnya ada sebuah taman.
Sekitar taman ini mengalir sebuah sungai yang dikenal dengan nama Sungai Darul Isyki (Krueng Daroy). Di sekitar taman ini juga terdapat sebuah bangunan yang bernama Pinto Khop yaitu pintu keluar dari arah belakang istana.
Pada masa Sultanah Safiatuddin (1641-1675) di dekat Gunongan didirikan sebuah bangunan yang bernama Kandang Gunongan. Setelah selesai dibangun bangunan ini sangat indah, berukir-ukir dan banyak bagiannya dilapisi dengan emas.
Taman Ghairah
Bangunan ini dipakai sebagai tempat makam suaminya Sultan Iskandar Thani yang pernah menjadi Sultan Aceh sejak tahun 1636-1641. Diketahui Sultanah Safiatuddin sangat mencintai suaminya, sehingga dibangunlah bangunan megah itu.
Ketika pasukan Belanda menyerang Koetaradja (Banda Aceh), sebagian besar kompleks istana hancur. Berbagai peninggalan sejarah kejayaan Kesultanan Aceh pun rusak akibat serangan tersebut.
Kemewahan Taman Ghairah yang pernah digambarkan dalam kitab Bustanussalatin, kini hanya tersisa beberapa bangunan saja di antaranya Gunongan, Pinto Khop, Paterena Sangga, Kandang Sultan dan Sungai Krueng Daroy.