kampung naga
Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis, Kampung Naga terletak di sebuah lembah yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer dari jalan raya dengan ketinggian 488 meter dari permukaaan laut. Wilayah ini terdiri atas lahan permukiman, lahan persawahan, empang, bukit dan hutan.
Kampung Naga memiliki keunikannya tersendiri seperti kampung-kampung lain di Indonesia. Salah satunya adalah tinjuan arsitektur serta budaya kampungnya.
Kampung Naga seolah menjelaskan bahwa kesederhanaan tradisi yang didasari oleh hubungan manusia dan alam telah menjadi identitas dari masyarakat Kampung Naga sebagai kearifan lokal dan tercermin dalam arsitektur rumah tinggal.
Rumah tinggal di Kampung Naga memiliki keunikan yang berasal dari kesederhanaan tatanan masa, desain struktur dan material. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tatanan masa rumah tinggal di Kampung Naga memiliki pola linear. Bangunan rumah tinggal menggunakan pondasi umpak dengan material batu kali dan desain atap jolopong dengan rangka kayu.
Kawasan wilayah Kampung Naga memiliki 3 kawasan yaitu kawasan suci, kawasan bersih, dan kawasan kotor. Kawasan suci yang terdiri dari hutan keramat dan makam leluhur berada pada bagian teratas atau utara kampung.
Kawasan bersih yang terdiri dari rumah penduduk berada di bagian tengah kampung dengan pola tatanan masa horizontal di sepanjang tapak, selain rumah tinggal ada pula bangunan publik seperti masjid, bale patemon dan bumi ageung yang berada di tengah kampung dan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Kawasan kotor yang terdiri dari MCK, kandang ternak, kolam ikan dan lumbung padi berada di bagian terbawah tepat di tepi sungai Ciwulan atau bagian selatan kampung.
Norma adat yang masih dipegang teguh masyarakat Kampung Naga diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi salah satunya adalah norma dalam membangun rumah tinggal.
Kampung Naga memiliki aturan tersendiri di mana perizinan dalam membangun diatur oleh kuncen atau ketua adat, selain kuncen pihak lain yang terlibat dalam pembangunan rumah tinggal di Kampung Naga adalah dulah (arsitek kampung) dan masyarakat sekitar yang ikut berpartisipasi.
Karena keunikan tersebut, Kampung Naga perlahan dilirik oleh wisatawan guna berlibur menghabiskan waktu di sana.
Pengembangan Pariwisata di Kampung Naga sudah berlangsung sejak tahun 1970-an (Nugraha, 2018). Saat itu, mulai banyak wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga terutama pelajar atau dari berbagai sekolah.
Bahkan banyak juga pelajar dari luar negeri seperti Swedia, Perancis, dan Belanda dengan tujuan beragam, seperti untuk melakukan penelitian, mempelajari kebudayaan, dan berbagi ilmu.
Baca Juga:
- Hadirnya Kampung Inggris di Bandung
- Kampung Gelgel, Desa Islam Tertua di Pulau Dewata
- Mengintip Desa Aeng Tong-Tong, Kampung Penghasil Keris Terbanyak di Dunia
Kemudian pada 1980-an mulai berdatangan mahasiswa dalam negeri dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Udayana untuk meneliti berbagai seluk beluk kebudayaan di Kampung Naga.
Hal ini sebagai bukti bahwa Kampung Naga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi.
Mengetahui besarnya potensi wisata tersebut, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan Pemerintah Desa Neglasari untuk melakukan penyuluhan mengenai manfaat positif dari aktivitas pariwisata di Kampung Naga.
Pengembangan pariwisata di Kampung Naga saat ini telah sampai pada tahap involvement (keterlibatan) berdasarkan teori tourism area life cycle (siklus hidup destinasi)
Di Kampung Naga, sudah terdapat beberapa fasilitas wisata seperti pintu gerbang, area parkir, musholla, toilet umum, warung telepon, listrik, sarana air bersih, kios cenderamata, serta tangga menuju lokasi Kampung Naga.
Hingga saat ini, ada juga perusahaan yang memberikan dana Coorporate Social Responsibility (CSR) kepada Kampung Naga.
Fasilitas wisata lainnya yang terdapat di Kampung Naga adalah akomodasi. Di Kampung Naga terdapat satu buah homestay di area lahan parkir yang bernama Homestay Inap Keluarga.
Kapasitas di homestay tersebut terus meningkat, berawal dari dibawah 100 orang, kemudian 150 orang, lalu bertambah menjadi kapasitas untuk 200 orang, dan sekarang berkapasitas untuk
250 orang. Pertambahan kapasitas tersebut secara bertahap karena harus memperhatikan fasilitas lainnya juga seperti toilet dan warung makan.
Selain dapat menginap di homestay, wisatawan juga diperbolehkan untuk menginap di rumah warga.
Ketika wisatawan datang, akan disambut oleh pemandu wisata di Kampung Naga dan diarahkan ke rumah yang sudah ditentukan. Kemudian, malamnya akan diadakan pertemuan dengan sesepuh Kampung Naga dan dipersilahkan untuk melakukan tanya jawab.
Lalu, keesokan harinya wisatawan dipersilahkan untuk melakukan observasi lapangan dengan berkeliling di sekitar kampung.
Wisatawan yang dapat menginap di Kampung Naga, hanyalah yang memiliki tujuan untuk belajar atau meneliti. Untuk menginap di Kampung Naga, wisatawan harus mengirimkan surat izin penelitian
kepada ketua adat Kampung Naga. Maksimal menginap di kampung ini selama dua malam, demi menjaga kebudayaan di Kampung Naga agar terus lestari.