salah satu spot di kebun raya cibodas
Kebun Raya Cibodas yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrango ini menawarkan pesona alam yang cantik di Indonesia. selain panorama alam yang cantik, kebun raya ini juga memiliki sejarah panjang, lho. Apa itu?
Terletak di ketinggian 1.450 meter di atas permukaan laut, pada awal tahun 1830, J.E. Teijsmann melakukan serangkaian penelitian dan konservasi yang dilakoni di Hindia Belanda. Dia seorang curator dan ahli taman yang terkenal seantero Kebun Raya Bogor.
Tugas dari Teijsmann adalah mencukupi sayur-mayur bagi Gubernur Jenderal Hindia Belanda selama berada di negeri ini. Hal ini tentu mendorongnya melakukan serangkaian eksperimen dengan membuka beberapa lahan kebun pada beberapa ketinggian tempat yang berbeda agar hasilnya maksimal dan diketahui mana varietas yang unggul.
Dalam catatan Van Steenis, Flora Pegunungan Jawa, di antara kebun yang dia buka saat itu ada di Ciawi dengan ketinggian 500 mdpl, Sindanglaya dengan ketinggian 1200 mdpl, Cisarua 900 mdpl, Cipanas 1.100 mdpl, Cibodas 1.450 mdpl dan di beberapa tempat lainnya.
Dari hasil observasi dan eksperimen, Teijsmann menemukan fakta bahwa Kebun Pegunungan Cibodas cocok untuk dijadikan lahan permanen. Seiring dengan perkembangan penelitiannya, Kebun Pegunungan Cibodas pun dijadikan kebun untuk pelestarian dan percobaan beberapa vegetasi tropik lainnya.
Pada tahun 1889, Treub kemudian mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda agar memperluas lahan Kebun Pegunungan Cibodas dengan sebidang hutan seluas 240 hektare yang membentang hingga mata air panas dengan ketinggian 2.000 mdpl.
Lalu, kawasan seluas 240 hektare ini dinyatakan sebagai Cagar Alam dan sekarang menjadi Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Baca Juga:
- Kubur Pitu Troloyo, Situs Islam di Majapahit
- Berburu Sunset di Pantai Mutiara, Pantai Elit Jakarta Utara
- Asal-usul Nama Kramat Jati, Tempatnya Pohon Keramat di Jakarta Timur
Pada mulanya, untuk klasifikasi, pohon-pohon yang ada di kawasan Kebun Pegunungan Cibodas diberi urutan sesuai nama, nomor, dan dicatat letaknya dengan diteliti oleh Koorders pada tahun 1900-an, menjadikan Kebun Pegunungan Cibodas pada saat itu sebagai pusat terbaik untuk melakukan riset tentang flora pegunungan.
Pada tahun 1917, para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia mengumpulkan dana untuk membangun sebuah laboratorium di Kebun Pegunungan Cibodas untuk memperingati seabad berdirinya Kebun Raya yang ada di Bogor.
Kemudian, pada tahun 1920, dana laboratorium yang terkumpul bisa diwujudkan dengan pembukaan laboratorium secara resmi.
Kawasan Cagar Alam ini pun diperluas hingga mencakup puncak Gunung Gede Pangrango pada tahun 1926. Perluasan ini meliputi luas sekitar 1200 hektare.
Cagar Alam inilah yang menjadi objek begitu banyak penelitian ilmiah, yang menjadikan Cibodas begitu berharga bagi ilmu pengetahuan dunia.
Van Steenis, dalam Flora Pegunungan Jawa, menyebut jika Cibodas merupakan ‘Tanah Suci’ nya kalangan peneliti biologi tropis dunia dan ‘Mekkah’ nya orang yang berminat mengkaji flora pegunungan Jawa.
Pada tanggal 7 Juli 1946, rumah kurator dan laboratorium di Kebun Pegunungan Cibodas habis dibakar para ekstremis seusai perang.
Akan tetapi, sarana tersebut dibangun kembali pada tahun 1948-1952.
Cagar Alam Cibodas pada tahun 1980 berubah statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang terpisah pengelolaannya dari Kebun Raya Cibodas.
Departemen Kehutanan yang sekarang menjadi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, menaungi TNGGP. Sedangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengelola Kebun Raya Cibodas.
Peristiwa penting yang menjadi capaian di Kebun Raya Cibodas ini yakni ditanamnya pohon kina pada tahun 1852. Pohon Kina ini digunakan sebagai obat malaria yang saat itu mengamuk di Hindia Belanda.
Penanaman kina inilah menjadi tonggak pertama penanaman kina di Indonesia.
Di Kebun Raya Cibodas pulalah JM Jansen menemukan Mikoriza yang merupakan jamur di dalam tanah yang mampu menginfeksi akar berbagai tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan.
Akar yang terinfeksi mikoriza ini tidak meradang, namun memiliki kemampuan mengikat unsur hara seperti fosfat. Mikoriza ini sangat penting untuk meningkatkan hasil panen tanaman pertanian.
Dilansir dari laman Lipi.go.id, JM Jansen kemudian mempublikasikan hasil temuannya secara ilmiah Mikoriza pada periode tahun 1890 – 1897.
Peresmian sebuah laboratorium di Kebun Pegunungan Tjibodas pada tahun 1920, atas prakarsa dana dari ilmuwan dunia dalam rangka memperingati seabad berdirinya Kebun Raya Bogor.
Tak hanya itu, pada tanggal 10 Oktober 1955 di Kebun Raya Cibodas berdiri Akademi Biologi yang semakin menunjang penelitian dan observasi peneliti.
Akademi ini diresmikan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta dan dihadiri pula Menteri Pertanian Mohammad Sardjan.
Akademi ini didirikan atas prakarsa Koesnoto Setyodiwiryo direktur Kebun Raya Bogor guna menyediakan tenaga ahli biologi bangsa Indonesia yang profesional dan lepas dari pengaruh kolonial.