Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berdemonstrasi saat Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mendatangi kampus UI, Selasa (12/4/2022).
Puluhan mahasiswa melakukan aksi jalan kaki dari Halte Fakultas Kesehatan Masyarakat. Mereka berorasi sembari mengibarkan bendera kuning selama perjalanan ke Balai Sidang UI.
“Hari ini kami mengibarkan bendera kuning sebagai tanda matinya demokrasi Indonesia,” ucap Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo.
Baca Juga:
- Film Terbaru Makoto Shinkai, Suzume no Tojima Tayang Tahun Ini
- Chris Rock Ogah Bicarakan Tamparan Will Smith jika Tak Dibayar
- Ini Profil dan Rekam Jejak Sosok Kontroversi Ade Armando
Mahasiswa berdemonstrasi di Gedung Balai Sidang UI sekitar pukul 10.48 WIB. Di dalam gedung tersebut, Luhut tengah mengisi kuliah untuk mahasiswa.
Massa tampak membawa sejumlah spanduk. Spanduk itu di antaranya bertulisan ‘Turut berduka cita Atas Meninggalnya Demokrasi UI dan Indonesia’.
Selain itu, ada poster bertulisan ‘Potong Bebek Angsa Masak di Kuali Mana Big Datanya Kok Malah ke Sini. Kok Punya Nyali Gak Tau Diri lalalalaalala’.
Mahasiswa juga menyanyikan tulisan di poster tersebut secara bersama-sama dan berulang-ulang.
Mahasiswa juga tampak membawa poster lain bergambar muka Luhut. Di poster tersebut tertulis sederet jabatan yang diemban Luhut saat ini.
Massa mahasiswa mengkritik Luhut soal wacana penundaan pemilu, soal harga minyak yang naik, hingga soal konflik Luhut dengan Haris Azhar dan Fatia.
Selang satu setengah jam di dalam Balai Sidang UI, Luhut keluar untuk menemui mahasiswa. Luhut yang keluar bersama Rektor UI dan sejumlah staf dan pengawal menjawab tuntutan yang diajukan.
Kronologi Debat Luhut dengan Mahasiswa UI:
Mahasiswa : Yang kita miliki akan kami jadikan sebagai alat pembebasan. Semangat kawan-kawan. Saat ini kita bertanya apakah ilmu pengetahuan yang kita miliki akan menjadi alat pembebasan atau alat penindasan. Bahwa hari ini kita ditunjukkan situasi-situasi dalam nasional maupun di UI, ilmu pengetahuan yang dimiliki dijadikan sebagai alat penindasan.
Mahasiswa : Bapak, kita berdiri disini untuk menjunjung tinggi demokrasi, kita berdiri disini untuk munjungjung tinggi aspirasi ui. Dan juga kepada bapak Ari Kuncuro, kita memang belum pernah bertemu, saya pun baru pertama kali melihat kehadiran rektor kepada massa aksi mahasiswa, kita sudah mengkaji betul, bagaimana statuta UI memiliki banyak masalah.
Luhut : Mau kalian apa, biar saya jawab?
Mahasiswa: Kita mau menyuarakan pak, yang pertama terkait wacana penundaan pemilu atau perpanjangan jabatan presiden, harus terus untuk ditegaskan oleh Pemerintah menolak wacana tersebut. Kita baca di media bahwa Bapak Luhut Binsar Pandjaitan menyuruh ketua partai untuk mewacanakan penundaan pemilu. Kita minta Bapak klarifikasi dan kita minta Bapak buka big data, apakah Bapak berani, Pak. Silakan, Pak!
Luhut: Siapa yang bilang saya minta presiden 3 periode?
Mahasiswa: Kita baca di media, Pak!
Luhut: Dengerin ya, jangan marah-marah. Saya tidak pernah mengatakan presiden 3 periode.
Mahasiswa: Berarti Bapak menolak wacana penundaan pemilu, Pak?
Luhut: Saya tidak pernah mengatakan presiden 3 periode. Yang pernah saya katakan, banyak di bawah itu minta pemilu ditunda. Kamu ngomong gini salah? Enggak kan.
Mahasiswa: Ada buktinya nggak, Pak? Ada datanya nggak? Buka big data! Atau Bapak yang minta?
Luhut: Dengerin, kan saya punya hak juga untuk tidak men-share sama kalian, tidak ada masalah kenapa harus ribut, kamu harus belajar berdemokrasi ke depan, bahwa kamu dengan istrimu, pacarmu saja bisa beda pendapat, tidak perlu emosional.
Mahasiswa: Tapi bapak pejabat publik, Pak?
Luhut: Saya punya anak juga mahasiswa, jadi kalian jangan emosional. Kalian dengerin juga, jadi saya mau bilang, kita itu beda pendapat silakan. Nanti dengan istrimu beda pendapat tidak harus berantem.
Mahasiswa: Kita sepakat mungkin kita berbeda pendapat dalam demokrasi, tapi Bapak pejabat publik, perlu mempertanggungjawabkan big data ke kita semua.
Luhut: Apa hak kewajiban saya mempertanggungjawabkan saya punya data?
Mahasiswa: Seakan-akan pejabat publik mengizinkan 3 periode, penundaan pemilu.
Luhut: Kamu berasumsi, tidak boleh. Sudah dijawab sama Presiden, Presiden sudah bilang pemilu tetap 14 Februari 2024.
Mahasiswa: Jadi apakah benar ada big data? Atau penundaan pemilu atas keinginan siapa?
Luhut : Saya bilang saya yang ngomong, nggak ada yang lain. Saya hanya sampaikan ada data begini.
Mahasiswa: Kita minta dibuka!
Luhut: Kalau sepakat saya nggak sepakat boleh kan? Kita boleh beda pendapat nggak?
Mahasiswa: Nah itu tujuan kita, Bapak harus buka data.
Luhut: Dengerin kamu, Anak Muda, kamu nggak berhak juga nuntut saya, karena saya juga punya hak untuk memberitahu.
Mahasiswa: Otoriter nih?
Luhut: Kalau otoriter saya nggak samperin kamu.